Kamis, 21 Juni 2012

ARSWENDO ATMOWILOTO : CANTING


ARSWENDO ATMOWILOTO : CANTING



Canting, carat tembaga untuk membatik, bagi buruh-buruh batik menjadi nyawa.  Setiap saat terbaik dalam hidupnya, canting ditiup dengan napas dan perasaan.  Tapi batik yang dibuat dengan canting kini terbanting, karena munculnya jenis printing (cetak).  Kalau proses pembatikan lewat canting memerlukan waktu berbulan-bulan, jenis batik cetak ini hanya beberapa kejap saja.

Canting, simbol budaya yang kalah, tersisih, dan melelahkan.  Adalah Ni, sarjana farmasi, calon pengantin, putrid Ngabean, yang mencoba menekuni walau harus berhadapan dengan Pak Bei, bangsawan berhidung mancung yang perkasa.  Bu Bei, bekas buruh batik yang menjadi ibunya, serta kakak-kakaknya yang sukses.

Canting, yang menjadi cap batik Ngabean, tak bisa bertahan lagi.  “Menyadari budaya yang sakit adalah tidak dengan menjerit, tidak dengan mengibarkan bendera” Ni menjadi tidak Jawa, menjadi aeng, aneh, untuk bisa bertahan.  Ni yang lahir ketika JG Ageng Suryamentaram meninggal dunia, adalah generasi kedua, setelah ayahnya yang berani tidak Jawa.

PENERBIT : GRAMEDIA
KONDISI : EX-RENTAL
HARGA : Rp 25.000,00

Bagi yang ingin membeli bisa sms di 0878-21348173 atau BB 21EB378C. Terima kasih :)
(Ingin melihat list buku yang saya jual, search id taman.kurnia di kaskus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar